Karakteristik Pendidikan Islam Seiring Perkembangan Waktu


Ditulis Oleh: *Abdul Katar
Mahasiswa Pasca Sarjana (S2) IAIN STS Jambi

A.     PENDAHULUAN
Sejarah pendidikan Islam hakikatnya tidak terlepas dari sejarah Islam, oleh karna itu sejarah pendidikan Islam dapat di katakan ada dalam periode-periode sejarah Islam itu sendiri secara umum sejarah memiliki kegunaan yang sangat besar dalam kehidupan umat manusia. Salah satu unsur pembangun peradaban bangsa adalah melalui pendidikan. Sedangkan hasil akhir sebuah pendidikan tergantung pada tujuan awal pendidikan itu sendiri. Islam dan Barat memiliki pandangan berbeda mengenai hal tersebut. Paham rasionalisme yang berkembang di Barat dijadikan dasar pijakan bagi konsep-konsep pendidikan Barat.
Ini jauh berbeda dengan Islam yang memiliki al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad para ulama sebagai konsep pendidikannya. Hal inilah yang membedakan ciri pendidikan yang ada di Barat dengan pendidikan Islam. Masing-masing peradaban ini memiliki karakter yang berbeda sehingga produk yang “dihasilkan” pun saling memiliki ciri. 
Pada masa pembinaan yang ada pada zaman rasul pendidikan Islam berarti memasukan ajaran Islam ke dalam unsure budaya bangsa arab pada masa itu, dalam masa pembinaan tersebut ada beberapa kemungkinan yang terjadi (1) adakalanya Islam mendatangkan suatu unsur yang sifatnya memperkaya dan melengkapi unsure budaya yang telah ada. (2) adakalanya Islam mendatangkan suatu ajaran yang sifatnya meluruskan dan (3) Islam mendatangkan ajaran baru untuk meningkatkan kesejahteraan dan perkembangan budaya masyarakat.

Dengan demikian pendidikan Islam,pada masa pertumbuhan dan perkembangan nya memiliki dua sasaran yaitu generasi muda(sebagai generasi penerus) dan masyarakat yang belum menerima ajaran Islam. Sasaaran yang kedua yaitu penyampaian ajaran Islam dan usaha mendakwahkan Islam.

B.     PEMBAHASAN
1.    Pengertian Karakteristik Pendidikan Islam
Sebelum berbicara jauh mengenai karakteristik pendidikan Islam, ada baiknya kita melihat kembali berbagai pengertian dari karakteristik dan pendidikan Islam. Hal ini penting dilakukan tidak hanya sebagai pembatas masalah namun juga berguna sebagai penyatuan pandangan akan apa yang dibicarakan
Karakteristik berasal dari kata "characteristic" yang berarti sifat yang khas. Atau bisa diambil pengertian bahwa karakteristik adalah suatu sifat khas yang membedakan dengan yang lain. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, karakteristik diartikan sebagai ciri-ciri khusus dari suatu hal. Ciri yang dapat dijadikan pengenal akan suatu identitas. Satu-dua ciri sangat mungkin sama dengan hal lainnya, tapi jika semua ciri dibandingkan maka akan terlihat jelas perbedaannya. Dengan kata lain karakteristik dapat dijadikan pedoman dalam mengenali (mengidentifikasi) sebuah hal atau fenomena.
Sedangkan Pendidikan Islam menurut M. Yusuf Al-Qardhawi adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karena itu, pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.[1]
Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu “proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.[2]
Dari definisi diatas, pendidikan Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani,  rohani yang berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam dan memindahkan pengetahuan serta nilai-nilai Islam untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Jadi Karakeristik Pendidikan Islam adalah sifat yang khas dan berbeda dari yang lain tentang proses bimbingan jasmani,  rohani yang berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam dan memindahkan pengetahuan serta nilai-nilai Islam untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Dapat disimpulkan bahwa, karakteristik pendidikan Islam berpengertian sebagai ciri-ciri khusus yang membedakan pendidikan Islam dengan sistem pendidikan lainnya. Identitas yang membuat sistem pendidikan tersebut dapat membangun manusia seutuhnya, seimbang antara jasmani dan rohani, siap untuk menjadi manusia unggul dalam menghadapi kehidupan dunia dan akhirat. Ciri yang membuat manusia semakin dekat dengan penciptanya
2.    Karakteristik Pendidikan Islam
Dalam penjabaran definisi di atas dapat kita lihat dengan jelas perbedaan yang mendasar antara pendidikan dan pendidikan Islam. Perbedaan inilah yang nantinya akan tersirat secara gamblang dalam pelaksanaan masing-masing metode pendidikan. Di bawah ini merupakan karakteristik dari pendidikan Islam yang diambil dari berbagai sumber.
a.       Pendidikan yang Tinggi (Sakral)
Pendidikan Islam bersumber langsung dari Allah swt. melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan kata lain, pendidikan Islam merupakan sebuah proses mengenal dan pengakuan secara nyata atas Allah swt. Proses pendidikan Islam adalah sebuah proses dimana seorang manusia berhubungan langsung dengan penciptanya. Definisi pendidikan yang diutarakan oleh Hasan Langgulung semakin menjelaskan bahwa pendidikan Islam sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai kesakralan yang disebabkan hubungan manusia dengan Tuhannya.
b.       Pendidikan yang Seimbang
Pendidikan Islam tidak hanya mementingkan satu sisi pendidikan saja, tapi juga membangun manusia secara seimbang (utuh), akal dan hatinya, jasmani dan rohaninya. Keseimbangan yang tercipta merupakan keseimbangan hidup dalam menjalankan aktivitas dunia tanpa mengesampingkan aktivitas yang berorientasi akhirat. Begitu juga sebaliknya, seimbang dalam menjalankan aktivitas yang berorientasi akhirat tanpa melupakan aktivitas dunia.
c.       Pendidikan Yang Realistis
Pendidikan Islam berjalan secara jelas dan nyata terhadap kehidupan dalam masyarakat. Realistis terhadap segala aspek kehidupan, baik yang bersifat sosial ataupun bersifat ilmiah. Dikatakan menurut Omar Muhammad Al-Taumy Al-Syabani, pendidikan Islam bersifat realistis dan jauh dari khayal serta berlebih-lebihan. Praktis dan realistis dengan fitrah manusia, sejalan dengan suasana serta sesuai dengan kesanggupan manusia baik secara individu ataupun masyarakat.
Contoh nyata akan ciri realistis ini sudah banyak dijumpai. Anggapan akan ajaran Islam yang tidak dapat diterima dan tidak dapat aplikasikan kembali dipatahkan oleh manusia sendiri. Dijelaskan oleh Rina Novia, bagaimana Rasulullah telah menjadi guru yang sangat hebat dan telah mencetak banyak murid yang hebat pula. Metode-metode yang digunakan Rasulullah pada saat itu nyatanya masih sangat applicable pada zaman sekarang ini, bahkan tidak dapat digantikan. Krisis yang terjadi saat ini pada dunia anak-anak kita telah dapat dijawab oleh Islam jauh sebelumnya.[3]
d.       Pendidikan yang Komprehensif dan Integral
Komprehensif memeliliki pengertian luas dan lengkap. Sebagai ajaran yang komprehensif, menurut berbagai sumber, Islam memiliki beberapa karakteristik yang dapat dijadikan landasan berpikir dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama, Islam merupakan ajaran (pendidikan) yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Islam tidak mengenal sekat geografis yang membatasi manusia selama ini. Jarak dan letak tidak menjadikan Islam sebagai ajaran yang ditujukan hanya untuk sekelompok orang saja, melainkan untuk seluruh umat manusia di segala penjuru dunia.
Kedua, Islam sebagai penyempurna agama-agama sebelumnya akan terus berlaku sampai kapan pun. Islam akan terus menjadi pedoman hidup manusia, akan terus berlaku di zaman apapun.
Ketiga, Islam sebagai ajaran yang integral, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Islam berbicara dari masalah yang paling pribadi hingga kemasyarakatan dan kenegaraan. Masalah sosial, hukum, sains, ekonomi, dari adab melakukan kegiatan sehari-hari hingga kepermasalahan politik nasional dan internasional. Islam berbicara tidak hanya masalah ideologi saja, tetapi juga seluruh segi kehidupan manusia. Ajaran Islam merupakan ajaran yang tidak terputus antara yang satu dengan yang lainnya. Terdapat hubungan yang kuat dan koneksi yang jelas dalam semua ajaran Islam.
e.       Pendidikan yang Berkontinuitas
Kontinu di sini memiliki arti dilakukan terus-menerus tidak hanya untuk mendapatkan sesuatu yang baru tapi juga mengembangkan dan memanfaatkan apa yang telah diperoleh.
Dalam pendidikan Islam, tidak ada kata selesai dalam menuntut ilmu. Sebuah keharusan bagi seorang manusia untuk terus memperdalam ilmunya, tidak hanya melalui bangku pendidikan, justru tantangan itu akan jauh lebih besar ketika seorang manusia tiba di tengah-tengah masyarakat. Tantangan tidak hanya untuk terus mengembangkan keilmuan tetapi juga untuk mendayagunakan bagi kehidupan.
f.        Pendidikan yang Global
Sebagai agama yang universal (rahmatan lil alamin) Islam dapat diterima oleh semua suku, golongan, ras, dan bangsa. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik pendidikan Islam yang lainnya. Dengan karakter pendidikan Islam sebelumnya menjadikan pendidikan Islam sangat mudah diterima oleh semua golongan tidak hanya zaman dahulu, sekarang, ataupun yang akan datang.
g.       Pendidikan yang Tumbuh dan Berkembang
Ilmu-ilmu pengetahuan yang seluruhnya bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah belum sepenuhnya dapat diungkap oleh manusia, keterbatasan manusia menjadi salah satu penyebabnya. Namun disanalah yang membuat pendidikan Islam akan terus tumbuh dan berkembang. Dengan bersumber Al-Qur’an dan As-Sunnah, akan terus bermunculan penemuan-penemuan baru, teori- teori baru, sebagai bentuk pendidikan Islam yang tidak pernah berhenti untuk tumbuh dan berkembang.
Karakter yang terdapat pada diri pendidikan Islam menggambarkan dengan jelas posisi pendidikan Islam diantara jenis pendidikan-pendidikan yang lainnya. Namun dengan melihat kondisi yang ada saat ini, banyak tantangan yang harus dihadapi pendidikan Islam, dimana tantangan tersebut tidak hanya yang bersifat internal namun juga yang datangnya dari luar Islam sendiri. Tantangan-tantangan tersebut harus mampu dijawab setiap elemen yang ada dalam pendidikan Islam, mulai dari tingkat dasar hingga ke tingkat perguruan tinggi. Dengan perhatian yang serius, pendidikan Islam nantinya, dan agama Islam dalam artian secara luas, dapat diterima oleh semua orang di muka bumi ini.[4]
3.    Karakteristik pendidikan Islam menurut Azyumardi Azra
a.       Penguasaan Ilmu Pengetahuan. Ajaran dasar Islam mewajibkan mencari ilmu pengetahuan bagi setiap Muslim dan muslimat. Setiap Rasul yang diutus Allah lebih dahulu dibekali ilmu pengetahuan, dan mereka diperintahkan untuk mengembangkan llmu pengetahuan itu.
b.       Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Ilmu yang telah dikuasai harus diberikan dan dikembangkan kepada orang lain. Nabi Muhammad saw sangat membenci orang yang memiliki ilmu pengethauan, tetapi tidak mau memberi dan mengembangkan kepada orang lain
c.       Penekanan pada nilai-nilai akhlak dalam penguasaan dan pengembangan ilmu penetahuan. Ilmu pengetahuan yang didapat dari pendidikan Islam terikat oleh nilai-nilai akhlak .
d.       Penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, hanyalah untuk pengabdian kepada Allah dan kemaslahatan umum
e.       Penyesuaian terhadap perkembangan anak. Sejak awal perkembangan Islam, pendidikan Islam diberikan kepada anak sesuai umur, kemampuan, perkembangan jiwa, dan bakat anak. Setiap usaha dan proses pendidikan haruslah memperhatikan faktor pertumbuhan anak.
f.        Pengembangan kepribadian. Bakat alami dan keampuan pribadi tiap-tiap anak didik diberikan kesempatan berkembang sehingga bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Setiap murid dipandang sebagai amanah Tuhan, dan seluruh kemampuan fisik dan mental adalah anugerah Tuhan. Perkembangan kepribadian itu berkaitan dengan seluruh nilai sistem Islam, sehingga setiap anak dapat diarahan untuk mencapai tujuan Islam.
g.       Penekaanan pada amal saleh dan tanggung jawab. Setiap anak didik diberi semangat dan dorongan untuk mengamalkan ilmu pengetahuan sehingga benar-benar bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Amal shaleh dan tanggung jawab itulah yang menghantarkannya kelak kepada kebahagiaan di hari kemudian.
Dengan karakteristik-karakteristik pendidikan tersebut tampak jelas keunggulan pendidikan Islam dibanding dengan pendidikan lainnya. Karena, pendidikan dalam Islam mempunyai ikatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupannya.
4.    Karakteristik Pendidikan Islam Menurut Al-Ghazali
a.    Perilaku
Menurut Al-Ghazali sebuah perilaku terjadi karena peran dari Junud al-Qalb atau tentara hati. Dalam diri manusia terdapat dua kelompok Junud al-Qalb, yaitu yang bersifat fisik berupa anggota tubuh yang berperan sebagia alat dan yang bersifat psikis. Yang bersifat psikis mewujud dalam dua hal yaitu syhawat dan ghadlab yang berfungsi sebagai pendorong (iradah). Syahwat mendorong untuk melakukan sesuatu (motif mendekat) dan ghadlab mendorong untuk menghindar dari sesuatu (motif menjauh). Adapun tujuan dari perilaku tersebut adalah untuk sampai kepada Allah. Tetapi dalam praktiknya perilaku ini terbagi ke dalam hirariki motivasi Ammarah (hedonistik), motivasi Lawwamah (skeptik), dan motivasi Muthmainnah (spiritualistic).[5]
Untuk itu Al-Ghozali menekankan bahwa pendidikan Islam harus diterapkan, ditaati dan diamalkan[6]  sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Zalzalah 7-8 :

Artinya: (7). Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan) nya. (8). dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.

b.    Komprehensif Integral
Komprehensif yaitu luas dan lengkap tentang ruang lingkup isi, integral yaitu mengenai keseluruhannya meliputi seluruh bagian yang perlu untuk menjadikan lengkap, utuh, bulat, sempurna. dalam pengertian ini penulis mengartikan dengan istilah Kesempurnaan dalam karakteristik pendidikan Islam, Al-Ghozali berpendapat bahwa akidah ialah yang bersandar pada sendi-sendi Islam, karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai kesatuan individu yang sempurna dan kekuatan yang berbeda-beda bahkan pada umumnya manusia mempunyai jiwa, nyawa, sukma, hati nurani dan akal pikiran yang jernih atau cemerlang.
Kemudian Al-Ghozali juga berpendapat  tentang kepribadian manusia terdapat pada pendidikan akhlakul karimah dan akidah Islamiah yang memancarkan atau memantulkan keagamaan, baik tentang kesucian badan atau raga maupun tentang kesucian jiwa atau nyawa, sehingga kepribadian muslim yang diinginkan adalah kepribadian yang memiliki tanggung jawab dan tercermin dalam dirinya nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan pengertian kepribadian manusia jika dipadukan dengan pendidikan Islam ialah yang sesuai, selaras dan sepadan dengan corak atau bentuk Islam, karena pada dasarnya manusia mempunyai jiwa individu dan jiwa universal.[6]
Disamping itu pendidikan Islam juga mencakup  pendidikan jasmani dan rohani, sekaligus untuk mendidik akal, karena Islam menjadikan alam semesta, menjadikan kehidupan, menganjurkan pada pemeluknya untuk menggali ilmu pengetahuan, untuk memanfaatkan akal pikiran, untuk merenungi ayat-ayat Allah SWT, untuk untuk memikirkan kebenaran wahyu Illahi, untuk menghayati kehidupan yang hakiki dan sebagainya, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya :

Artinya: Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.(QS.Al-Hajj :46)

Artinya: dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (QS.Qaaf:16)

Maka sebenarnya kepribadian manusia menurut Al-Ghozali adalah untuk membentuk kepribadian Islam yang istimewa, untuk mencari jati diri manusia yang seutuhnya dan untuk membuktikan karakteristik yang sempurna baik sifat, tabiat, norma, watak, akhlak maupun karakter, semuanya harus terpuji, seperti yang dimiliki oleh Rasulullah SAW, beliau adalah seorang pemimpin yang ulung, uswatun hasanah, teladan yang baik, politikus yang jujur, manusia pilihan dan sebagainya.
Jadi dalam konsep kesempurnaan menurut Alghozali ini, mencakup, Aqidah, kepribadian manusia dan kepribadian muslim, pendidikan jasmani dan rohani, dan 5 syarat kemampuan yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik, untuk menjadi seorang muslim yang mempunyai karakteristik yang sejati, jiwa yang tenang dan kepribadian yang tangguh demi kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak, serta merta untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.
5.    Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam dan Barat
Menurut Pervez Hoodbhoy, perbedaan pendidikan Islam dan Barat bukan pada istilah pendidikan keagamaan tradisional dan pendidikan sekular modern, karena kedua jenis pendidikan tersebut menyandarkan diri pada dua filsafat pendidikan yang sama sekali berbeda dan mempunyai dua perangkat tujuan dan metode yang juga berbeda.
Berikut ini akan ditujukan perbedaan antara versi pendidikan religius tradisional, yang murni dan karenanya teoritis, dan versi pendidikan modern yang dijadikan pembanding.

Karakterisitik Pendidikan Islam
Karakterisitik Pendidikan Barat
Orientasi keakhiratan
Orientasi kesekuleran
Berupaya mencapai sosialisasi ke dalam Islam
Berupaya mencapai perkembangan individu
Kurikulum tidak berubah sejak abad pertengahan
Kurikulum merespon perubahan-perubahan berkenaan dengan bidang studi
Pengetahuan berdasarkan pada wahyu dan tidak dipersoalkan
Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dan deduksi
Pengetahuan dicari dan diperoleh berdasarkan pada perintah Tuhan
Pengetahuan diperlukan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah
Mendiskusikan moralitas dan asumsi-asumsi tidak dikehendaki
Mendiskusikan moralitas dan asumsi-asumsi disambut baik
Metode dan teknik mengajar pada dasarnya otoriter
Metode dan teknik mengajar student-center
Penghapalan dianggap sangat menentukan
Pencerapan konsep-konsep kunci dianggap menentukan
Mental mahasiswa dianggap pasif-reseptif
Mental mahasisswa dianggap aktif-produktif
Pendidikan secara umum tidak dispesialisasikan
Pendidikan dispesialisasikan

6.    Pendidikan Islam dari Masa ke Masa
Aktivitas pendidikan Islam telah dimulai sejak adanya manusia (Nabi Adam dan Hawa) di dunia ini. Ayat Al-Qur’an yang pertama kali di turunkan kepada Nabi Muhammad Saw. adalah iqra, yang merupakan kunci dari aktivitas pendidikan, Muhaimin (2011). Terhadap ayat tersebut Zia (2006) berkomentar, Islam clearly prizes knowledge and learning and there is no place in Islam for an illiterate society.
Menurut Harun Nasution dalam Muhaimin (2011), secara garis besar sejarah (budaya) Islam terbagi menjadi 3 periode, yaitu: periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800 M-sekarang). Secara singkat dapat dikatakan bahwa, dalam segala aspek Islam menjadi yang terdepan pada periode klasik, terutama dalam bidang pendidikan. Banyak ilmuwan dan pemikir- pemikir besar yang dilahirkan Islam pada periode klasik. Hal ini tidak terlepas dari semangat untuk mempelajari serta mengamalkan Al-Quran dan hadis itu sendiri, keinginan yang kuat untuk terus menimba dan mengembangkan ilmu pengetahuan, serta kesinambungan antara ilmu agama dan ilmu- ilmu lainnya menjadikan umat Islam sangat unggul dalam periode klasik.
Periode pertengahan merupakan periode yang cukup kelam bagi perkembangan dunia Islam khususnya dalam bidang pendidikan. Dalam periode ini Islam menjadi sangat tertinggal dari dunia barat yang ironisnya kemajuan yang diraih dunia barat bersumber dari apa yang telah dicapai Islam sebelumnya. Semua menjadi terbalik bagi umat Islam, tidak banyak ulama yang berani untuk mengembangkan keilmuannya, umat Islam menjadi terkotak-kotak, kebergantungan yang kuat terhadap pemimpin negara menjadikan Islam sedemikian tertinggal dan asing terhadap ilmu serta teknologi yang sejatinya bersumber pada dunia Islam.
Angin perubahan dan pengembalian Islam ke zaman keemasannya telah banyak dikumandangkan. Telah banyak bermunculan kembali ulama-ulama yang tidak hanya berkutat pada disiplin ilmu keagamaan tetapi juga ikut turut serta mengembangkan ilmu-ilmu lainnya. Namun kembali, nampaknya periode. yang didefinisikan sebagai periode modern ini masih banyak menimbulkan perdebatan. Kekhawatiran terbesar mucul dari anggapan modernisasi yang dilakukan nantinya akan membawa umat Islam kedalam dunia westernisasi dan sekulerisme.
Namun bagaimanapun, modernisasi mutlak diperlukan, tidak dalam artian membawa umat Islam ke dalam gaya hidup dan cara pandang barat tetapi modernisasi secara teknis di lapangan. Harus diakui apa yang kita hadapi saat ini sangat berbeda dengan dua zaman sebelumnya, tantangan akan semakin berat mengingat kerterbukaan yang secara nyata dihadapi umat Islam sekarang ini. Akan sangat tidak mungkin rasanya jika kita sebagai umat Islam masih menggunakan metode ataupun teknik-teknik terdahulu. Di sinilah pentingnya perubahan (modernisasi) yang harus dilakukan umat Islam, tentunya tidak terlepas dari landasan Al-Qur’an dan hadis yang merupakan landasan bagi umat Islam di zaman keemasannya.

C.      PENUTUP
Karakeristik Pendidikan Islam adalah sifat yang khas dan berbeda dari yang lain tentang proses bimbingan jasmani,  rohani yang berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam dan memindahkan pengetahuan serta nilai-nilai Islam untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat
Pada intinya, pendidikan Islam berusaha mempelajari segala hal untuk lebih mengenal Rob (Allah). Seluruh aspek-aspeknya didasarkan pada nilai robbaniyah dijabarkan dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulnya. Dalam hal ini pendidikan Islam merupakan pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang segala hal yang diciptakan dan diajarkanNya sehingga bisa membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan Tempat Tuhan secara tepat di dalam tatanan wujud dan keberadaanNya. Pendidikan Islam bukan sekedar pemenuhan otak saja, tetapi lebih mengarah kepada penanaman aqidah
Karakteristik Pendidikan Islam menggambarkan dengan jelas keunggulan Pendidikan Islam dibanding dengan pendidikan lainnya. Karena pendidikan dalam Islam mempunyai iokatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Maka jelas bahwa Pendidikan Islam tidak menutup mata terhadap perkembangan yang ada ditengah masyarakat, termasuk perkembangan sains dan tekhnologi, hanya saja Pendidikan Islam tidak larut dalam perkembangan yang nyata-nyata yang bertentangan dengan syariat-syariat Islam
Penjelasan tentang pendidikan Islam dan Barat di atas memperlihatkan adanya kesenjangan pola berfikir yang digunakan para ilmuwan mereka sehingga menghasilkan karakter yang berbeda. Jika sumber dan metodologi ilmu di Barat bergantung sepenuhnya kepada kaedah empiris, rasional dan cenderung materialistik serta mengabaikan dan memandang rendah cara memperoleh ilmu melalui wahyu dan kitab suci, maka metodologi dalam ilmu pengetahuan Islam bersumber dari kitab suci al-Qur’an yang diperoleh dari wahyu, Sunnah Rasulullah saw, serta ijtihad para ulama

DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005
Ayyub Dakhilullah, At-Tarbiyah ‘Inda Al-Imam Al-Ghozali, Beirut: Maktabah ‘Asriyah
Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani, Bandung: Rosda Karya, 2000
H. A. Mustafa dan Abdullah Ally, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia Jakarta: Kencana. 2004
Hasan Langggulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Bandung: al-Ma'arif, 1980.
Hasbullah, kapita Selekta Pendidikan  Indonesia, Bandung: Grafindo Persada, 1996
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo, 1999
Muhaimin. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2011
Rina Novia, Rina. Super Teacher Super Student. Jakarta: Zikrul Hakim, 2010
Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004
Yusuf Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna, (terj. Bustani A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad), Jakarta: Bulan Bintang, 1980
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000


Fotenote

[1] Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani, Bandung: Rosda Karya, 2000, hal. 5
[2] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005 hal 212
[3] Rina Novia, Rina. Super Teacher Super Student. Jakarta: Zikrul Hakim, 2010, hal 54
[4] Muhaimin. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hal, 107
[5] Ayyub Dakhilullah, At-Tarbiyah ‘Inda Al-Imam Al-Ghozali, Beirut : Maktabah ‘Asriyah, hal 282-283

[6] Ibid hal. 288-289

Comments

Kajian Populer

Evaluasi Pendidikan; Input, Proses dan Output dalam Sistem Pendidikan

Pengertian, Ruang Lingkup dan Objek Kajian Filsafat Ilmu

Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW

Komponen-Komponen Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Konsep Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Dasar dan Sumber-Sumber Pendidikan Islam

Komponen dan Kriteria Memilih Sumber Belajar

Pemikiran Pendidikan Islam KH. Abdurrahman Wahid dan Nurcholis Majid