Karakteristik Pendidikan Islam Seiring Perkembangan Waktu
Ditulis Oleh: *Abdul Katar
Mahasiswa Pasca Sarjana (S2) IAIN STS Jambi
A.
PENDAHULUAN
Sejarah pendidikan Islam hakikatnya tidak terlepas dari sejarah Islam, oleh karna itu
sejarah pendidikan Islam dapat di katakan ada dalam periode-periode sejarah Islam
itu sendiri secara umum sejarah memiliki kegunaan yang sangat besar dalam
kehidupan umat manusia. Salah satu unsur pembangun peradaban bangsa adalah melalui pendidikan. Sedangkan
hasil akhir sebuah pendidikan tergantung pada tujuan awal pendidikan itu
sendiri. Islam dan Barat memiliki pandangan berbeda mengenai hal tersebut.
Paham rasionalisme yang berkembang di Barat dijadikan dasar pijakan bagi
konsep-konsep pendidikan Barat.
Ini jauh berbeda dengan Islam yang memiliki al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad para ulama sebagai konsep pendidikannya. Hal inilah yang membedakan ciri pendidikan yang ada di Barat dengan pendidikan Islam. Masing-masing peradaban ini memiliki karakter yang berbeda sehingga produk yang “dihasilkan” pun saling memiliki ciri.
Ini jauh berbeda dengan Islam yang memiliki al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad para ulama sebagai konsep pendidikannya. Hal inilah yang membedakan ciri pendidikan yang ada di Barat dengan pendidikan Islam. Masing-masing peradaban ini memiliki karakter yang berbeda sehingga produk yang “dihasilkan” pun saling memiliki ciri.
Pada masa pembinaan yang ada pada zaman rasul
pendidikan Islam berarti memasukan ajaran Islam ke dalam unsure budaya bangsa
arab pada masa itu, dalam masa pembinaan tersebut ada beberapa kemungkinan yang
terjadi (1) adakalanya Islam mendatangkan suatu unsur yang sifatnya memperkaya
dan melengkapi unsure budaya yang telah ada. (2) adakalanya Islam mendatangkan
suatu ajaran yang sifatnya meluruskan dan (3) Islam mendatangkan ajaran baru
untuk meningkatkan kesejahteraan dan perkembangan budaya masyarakat.
Dengan demikian pendidikan Islam,pada masa
pertumbuhan dan perkembangan nya memiliki dua sasaran yaitu generasi
muda(sebagai generasi penerus) dan masyarakat yang belum menerima ajaran Islam.
Sasaaran yang kedua yaitu penyampaian ajaran Islam dan usaha mendakwahkan Islam.
B.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Karakteristik Pendidikan Islam
Sebelum berbicara jauh mengenai
karakteristik pendidikan
Islam, ada baiknya kita melihat kembali berbagai
pengertian dari karakteristik dan
pendidikan Islam.
Hal ini penting
dilakukan tidak hanya sebagai pembatas masalah namun
juga berguna sebagai penyatuan pandangan
akan
apa
yang dibicarakan
Karakteristik berasal dari kata "characteristic"
yang berarti sifat yang khas. Atau bisa diambil pengertian bahwa karakteristik
adalah suatu sifat khas yang membedakan dengan yang lain. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, karakteristik diartikan sebagai ciri-ciri khusus dari
suatu
hal. Ciri yang dapat dijadikan pengenal
akan
suatu identitas.
Satu-dua ciri
sangat mungkin
sama
dengan hal lainnya, tapi
jika
semua ciri dibandingkan maka akan terlihat jelas perbedaannya.
Dengan
kata lain
karakteristik dapat dijadikan pedoman
dalam mengenali (mengidentifikasi) sebuah
hal atau fenomena.
Sedangkan Pendidikan Islam menurut M. Yusuf
Al-Qardhawi adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan
jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karena itu, pendidikan Islam menyiapkan
manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkan
untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan
pahitnya.[1]
Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai
suatu “proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan
pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk
beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.[2]
Dari definisi diatas, pendidikan Islam adalah suatu
proses bimbingan jasmani, rohani yang berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam
dan memindahkan pengetahuan serta nilai-nilai Islam untuk beramal di dunia dan
memetik hasilnya di akhirat.
Jadi Karakeristik Pendidikan Islam adalah sifat yang
khas dan berbeda dari yang lain tentang proses bimbingan jasmani, rohani
yang berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam dan memindahkan pengetahuan serta
nilai-nilai Islam untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Dapat disimpulkan
bahwa, karakteristik pendidikan
Islam berpengertian sebagai
ciri-ciri khusus
yang membedakan pendidikan Islam dengan sistem pendidikan
lainnya. Identitas yang
membuat
sistem pendidikan
tersebut dapat
membangun manusia seutuhnya, seimbang
antara jasmani dan rohani, siap untuk
menjadi manusia unggul dalam menghadapi kehidupan
dunia dan akhirat. Ciri yang membuat
manusia semakin dekat dengan penciptanya
2. Karakteristik Pendidikan
Islam
Dalam penjabaran definisi di
atas
dapat kita lihat dengan jelas perbedaan yang mendasar antara
pendidikan dan
pendidikan Islam.
Perbedaan inilah
yang
nantinya akan tersirat secara gamblang
dalam pelaksanaan masing-masing
metode pendidikan.
Di
bawah ini merupakan karakteristik dari pendidikan Islam yang diambil
dari berbagai sumber.
a.
Pendidikan yang Tinggi
(Sakral)
Pendidikan Islam
bersumber langsung dari
Allah swt. melalui Al-Qur’an
dan As-Sunnah. Dengan kata lain, pendidikan Islam
merupakan sebuah
proses mengenal dan
pengakuan secara nyata atas Allah swt. Proses pendidikan Islam
adalah sebuah proses dimana seorang manusia berhubungan langsung dengan penciptanya.
Definisi pendidikan yang
diutarakan
oleh Hasan
Langgulung semakin menjelaskan
bahwa pendidikan
Islam sangat erat
kaitannya dengan nilai-nilai kesakralan
yang disebabkan hubungan manusia dengan Tuhannya.
b.
Pendidikan yang Seimbang
Pendidikan Islam tidak hanya mementingkan satu sisi
pendidikan
saja, tapi juga membangun manusia secara seimbang (utuh), akal dan
hatinya, jasmani dan
rohaninya.
Keseimbangan yang tercipta merupakan
keseimbangan
hidup
dalam menjalankan aktivitas dunia tanpa
mengesampingkan aktivitas yang berorientasi akhirat. Begitu juga sebaliknya, seimbang dalam
menjalankan aktivitas yang berorientasi akhirat tanpa melupakan aktivitas dunia.
c.
Pendidikan Yang Realistis
Pendidikan Islam berjalan
secara jelas dan nyata terhadap
kehidupan dalam
masyarakat. Realistis
terhadap segala aspek kehidupan, baik yang bersifat sosial ataupun bersifat ilmiah.
Dikatakan menurut Omar Muhammad Al-Taumy Al-Syabani, pendidikan
Islam bersifat realistis dan jauh
dari khayal serta berlebih-lebihan.
Praktis dan realistis dengan
fitrah manusia, sejalan dengan
suasana serta sesuai dengan
kesanggupan manusia baik secara individu
ataupun
masyarakat.
Contoh nyata akan ciri realistis ini
sudah banyak dijumpai.
Anggapan akan ajaran Islam yang tidak dapat diterima dan
tidak dapat aplikasikan kembali dipatahkan oleh manusia sendiri. Dijelaskan
oleh
Rina Novia, bagaimana Rasulullah telah menjadi
guru yang sangat hebat dan telah
mencetak banyak murid yang hebat pula.
Metode-metode yang digunakan
Rasulullah pada saat itu nyatanya masih sangat applicable pada zaman sekarang
ini, bahkan
tidak dapat digantikan.
Krisis yang terjadi saat ini pada dunia anak-anak kita telah
dapat dijawab oleh
Islam jauh sebelumnya.[3]
d.
Pendidikan yang Komprehensif dan
Integral
Komprehensif memeliliki
pengertian luas dan
lengkap. Sebagai ajaran yang komprehensif, menurut berbagai
sumber, Islam memiliki beberapa karakteristik yang dapat dijadikan
landasan
berpikir
dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama, Islam merupakan ajaran
(pendidikan) yang tidak dibatasi oleh
ruang
dan
waktu. Islam tidak mengenal sekat geografis yang membatasi manusia selama ini. Jarak dan letak tidak menjadikan
Islam sebagai ajaran yang ditujukan
hanya untuk sekelompok orang saja, melainkan untuk seluruh
umat manusia di segala penjuru dunia.
Kedua, Islam sebagai
penyempurna agama-agama sebelumnya akan
terus berlaku
sampai kapan pun.
Islam akan terus menjadi pedoman hidup manusia, akan
terus berlaku
di zaman
apapun.
Ketiga, Islam
sebagai
ajaran yang integral, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Islam berbicara dari masalah yang
paling pribadi
hingga kemasyarakatan
dan kenegaraan.
Masalah sosial, hukum, sains, ekonomi, dari adab
melakukan kegiatan sehari-hari
hingga kepermasalahan
politik nasional
dan internasional. Islam berbicara
tidak hanya masalah ideologi saja, tetapi juga seluruh
segi kehidupan manusia.
Ajaran Islam merupakan
ajaran yang tidak terputus antara yang satu
dengan yang lainnya. Terdapat hubungan
yang
kuat dan koneksi yang
jelas dalam semua ajaran
Islam.
e.
Pendidikan yang Berkontinuitas
Kontinu di sini memiliki arti dilakukan
terus-menerus tidak hanya untuk mendapatkan
sesuatu yang
baru tapi juga mengembangkan
dan memanfaatkan
apa yang
telah diperoleh.
Dalam pendidikan
Islam, tidak ada kata selesai dalam menuntut ilmu.
Sebuah keharusan
bagi seorang manusia untuk terus memperdalam ilmunya, tidak hanya melalui bangku
pendidikan,
justru
tantangan
itu akan jauh lebih besar ketika seorang
manusia tiba di tengah-tengah
masyarakat. Tantangan
tidak hanya untuk terus mengembangkan keilmuan tetapi juga untuk
mendayagunakan
bagi kehidupan.
f.
Pendidikan yang Global
Sebagai agama yang universal (rahmatan lil alamin) Islam dapat diterima oleh semua suku,
golongan, ras, dan
bangsa. Hal ini
tidak terlepas dari karakteristik pendidikan
Islam yang lainnya. Dengan karakter pendidikan Islam sebelumnya menjadikan pendidikan
Islam sangat mudah diterima oleh
semua golongan
tidak hanya zaman
dahulu, sekarang, ataupun
yang
akan datang.
g.
Pendidikan yang Tumbuh
dan Berkembang
Ilmu-ilmu pengetahuan
yang seluruhnya bersumber pada Al-Qur’an
dan As-Sunnah belum
sepenuhnya dapat diungkap oleh manusia, keterbatasan manusia menjadi salah
satu
penyebabnya.
Namun
disanalah yang membuat pendidikan
Islam akan terus tumbuh dan
berkembang.
Dengan
bersumber Al-Qur’an dan
As-Sunnah, akan terus bermunculan
penemuan-penemuan
baru, teori- teori baru, sebagai
bentuk pendidikan
Islam yang tidak pernah berhenti untuk tumbuh
dan berkembang.
Karakter yang terdapat pada diri
pendidikan Islam
menggambarkan dengan
jelas posisi pendidikan Islam diantara jenis pendidikan-pendidikan
yang
lainnya. Namun dengan melihat kondisi
yang
ada
saat ini, banyak tantangan yang harus dihadapi pendidikan
Islam, dimana tantangan
tersebut tidak hanya yang
bersifat internal namun
juga yang
datangnya dari luar Islam sendiri.
Tantangan-tantangan tersebut harus mampu dijawab setiap elemen yang ada dalam pendidikan
Islam, mulai dari tingkat dasar hingga ke tingkat perguruan
tinggi.
Dengan perhatian yang serius, pendidikan Islam nantinya, dan
agama Islam dalam artian secara luas, dapat diterima oleh
semua orang
di
muka bumi
ini.[4]
3. Karakteristik pendidikan Islam menurut Azyumardi
Azra
a.
Penguasaan Ilmu Pengetahuan. Ajaran dasar Islam mewajibkan mencari ilmu
pengetahuan bagi setiap Muslim dan muslimat. Setiap Rasul yang diutus Allah
lebih dahulu dibekali ilmu pengetahuan, dan mereka diperintahkan untuk
mengembangkan llmu pengetahuan itu.
b.
Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Ilmu yang telah dikuasai harus diberikan
dan dikembangkan kepada orang lain. Nabi Muhammad saw sangat membenci orang
yang memiliki ilmu pengethauan, tetapi tidak mau memberi dan mengembangkan
kepada orang lain
c.
Penekanan pada nilai-nilai akhlak dalam penguasaan dan pengembangan ilmu
penetahuan. Ilmu pengetahuan yang didapat dari pendidikan Islam terikat oleh
nilai-nilai akhlak .
d.
Penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, hanyalah untuk pengabdian
kepada Allah dan kemaslahatan umum
e.
Penyesuaian terhadap perkembangan anak. Sejak awal perkembangan Islam,
pendidikan Islam diberikan kepada anak sesuai umur, kemampuan, perkembangan
jiwa, dan bakat anak. Setiap usaha dan proses pendidikan haruslah memperhatikan
faktor pertumbuhan anak.
f.
Pengembangan kepribadian. Bakat alami dan keampuan pribadi tiap-tiap
anak didik diberikan kesempatan berkembang sehingga bermanfaat bagi dirinya dan
masyarakat. Setiap murid dipandang sebagai amanah Tuhan, dan seluruh kemampuan
fisik dan mental adalah anugerah Tuhan. Perkembangan kepribadian itu berkaitan
dengan seluruh nilai sistem Islam, sehingga setiap anak dapat diarahan untuk
mencapai tujuan Islam.
g.
Penekaanan pada amal saleh dan tanggung jawab. Setiap anak didik diberi
semangat dan dorongan untuk mengamalkan ilmu pengetahuan sehingga benar-benar
bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Amal shaleh
dan tanggung jawab itulah yang menghantarkannya kelak kepada kebahagiaan di
hari kemudian.
Dengan
karakteristik-karakteristik pendidikan tersebut tampak jelas keunggulan
pendidikan Islam dibanding dengan pendidikan lainnya. Karena, pendidikan dalam Islam
mempunyai ikatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur
seluruh aspek kehidupannya.
4.
Karakteristik Pendidikan Islam
Menurut Al-Ghazali
a. Perilaku
Menurut Al-Ghazali sebuah perilaku terjadi karena
peran dari Junud al-Qalb atau tentara hati. Dalam diri manusia terdapat dua
kelompok Junud al-Qalb, yaitu yang bersifat fisik berupa anggota tubuh yang
berperan sebagia alat dan yang bersifat psikis. Yang bersifat psikis mewujud
dalam dua hal yaitu syhawat dan ghadlab yang berfungsi sebagai pendorong
(iradah). Syahwat mendorong untuk melakukan sesuatu (motif mendekat) dan
ghadlab mendorong untuk menghindar dari sesuatu (motif menjauh). Adapun tujuan
dari perilaku tersebut adalah untuk sampai kepada Allah. Tetapi dalam
praktiknya perilaku ini terbagi ke dalam hirariki motivasi Ammarah
(hedonistik), motivasi Lawwamah (skeptik), dan motivasi Muthmainnah (spiritualistic).[5]
Untuk itu Al-Ghozali menekankan bahwa pendidikan Islam
harus diterapkan, ditaati dan diamalkan[6] sebagaimana firman Allah dalam
QS Al-Zalzalah 7-8 :
Artinya: (7). Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan) nya. (8). dan
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya pula.
b. Komprehensif Integral
Komprehensif yaitu luas dan lengkap tentang ruang
lingkup isi, integral yaitu mengenai keseluruhannya meliputi seluruh bagian
yang perlu untuk menjadikan lengkap, utuh, bulat, sempurna. dalam pengertian
ini penulis mengartikan dengan istilah Kesempurnaan dalam karakteristik
pendidikan Islam, Al-Ghozali berpendapat bahwa akidah ialah yang bersandar pada
sendi-sendi Islam, karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai kesatuan
individu yang sempurna dan kekuatan yang berbeda-beda bahkan pada umumnya
manusia mempunyai jiwa, nyawa, sukma, hati nurani dan akal pikiran yang jernih
atau cemerlang.
Kemudian Al-Ghozali juga berpendapat tentang
kepribadian manusia terdapat pada pendidikan akhlakul karimah dan akidah Islamiah
yang memancarkan atau memantulkan keagamaan, baik tentang kesucian badan atau
raga maupun tentang kesucian jiwa atau nyawa, sehingga kepribadian muslim yang
diinginkan adalah kepribadian yang memiliki tanggung jawab dan tercermin dalam
dirinya nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan pengertian kepribadian manusia jika
dipadukan dengan pendidikan Islam ialah yang sesuai, selaras dan sepadan dengan
corak atau bentuk Islam, karena pada dasarnya manusia mempunyai jiwa individu
dan jiwa universal.[6]
Disamping itu pendidikan Islam juga mencakup
pendidikan jasmani dan rohani, sekaligus untuk mendidik akal, karena Islam
menjadikan alam semesta, menjadikan kehidupan, menganjurkan pada pemeluknya
untuk menggali ilmu pengetahuan, untuk memanfaatkan akal pikiran, untuk
merenungi ayat-ayat Allah SWT, untuk untuk memikirkan kebenaran wahyu Illahi,
untuk menghayati kehidupan yang hakiki dan sebagainya, sebagaimana dijelaskan
dalam firman-Nya :
Artinya: Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka
bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau
mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.(QS.Al-Hajj
:46)
Artinya: dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat
kepadanya daripada urat lehernya, (QS.Qaaf:16)
Maka sebenarnya kepribadian manusia menurut Al-Ghozali
adalah untuk membentuk kepribadian Islam yang istimewa, untuk mencari jati diri
manusia yang seutuhnya dan untuk membuktikan karakteristik yang sempurna baik
sifat, tabiat, norma, watak, akhlak maupun karakter, semuanya harus terpuji,
seperti yang dimiliki oleh Rasulullah SAW, beliau adalah seorang pemimpin yang
ulung, uswatun hasanah, teladan yang baik, politikus yang jujur, manusia
pilihan dan sebagainya.
Jadi dalam konsep kesempurnaan menurut Alghozali ini,
mencakup, Aqidah, kepribadian manusia dan kepribadian muslim, pendidikan
jasmani dan rohani, dan 5 syarat kemampuan yang harus dimiliki oleh tenaga
pendidik, untuk menjadi seorang muslim yang mempunyai karakteristik yang
sejati, jiwa yang tenang dan kepribadian yang tangguh demi kebahagiaan di dunia
maupun di akhirat kelak, serta merta untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada
Allah SWT.
5. Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam dan
Barat
Menurut
Pervez Hoodbhoy, perbedaan pendidikan Islam dan Barat bukan pada istilah
pendidikan keagamaan tradisional dan pendidikan sekular modern, karena kedua
jenis pendidikan tersebut menyandarkan diri pada dua filsafat pendidikan yang
sama sekali berbeda dan mempunyai dua perangkat tujuan dan metode yang juga
berbeda.
Berikut
ini akan ditujukan perbedaan antara versi pendidikan religius tradisional, yang
murni dan karenanya teoritis, dan versi pendidikan modern yang dijadikan
pembanding.
Karakterisitik Pendidikan Islam
|
Karakterisitik Pendidikan Barat
|
Orientasi keakhiratan
|
Orientasi kesekuleran
|
Berupaya mencapai sosialisasi ke dalam
Islam
|
Berupaya mencapai perkembangan
individu
|
Kurikulum tidak berubah sejak abad
pertengahan
|
Kurikulum merespon
perubahan-perubahan berkenaan dengan bidang studi
|
Pengetahuan berdasarkan pada wahyu
dan tidak dipersoalkan
|
Pengetahuan diperoleh melalui
pengalaman dan deduksi
|
Pengetahuan dicari dan diperoleh
berdasarkan pada perintah Tuhan
|
Pengetahuan diperlukan sebagai alat
untuk menyelesaikan masalah
|
Mendiskusikan moralitas dan
asumsi-asumsi tidak dikehendaki
|
Mendiskusikan moralitas dan asumsi-asumsi
disambut baik
|
Metode dan teknik mengajar pada
dasarnya otoriter
|
Metode dan teknik mengajar
student-center
|
Penghapalan dianggap sangat
menentukan
|
Pencerapan konsep-konsep kunci
dianggap menentukan
|
Mental mahasiswa dianggap
pasif-reseptif
|
Mental mahasisswa dianggap
aktif-produktif
|
Pendidikan secara umum tidak
dispesialisasikan
|
Pendidikan dispesialisasikan
|
6. Pendidikan
Islam dari Masa ke Masa
Aktivitas pendidikan Islam telah dimulai
sejak adanya manusia (Nabi
Adam dan
Hawa) di
dunia ini. Ayat
Al-Qur’an
yang
pertama kali di
turunkan
kepada Nabi Muhammad Saw.
adalah iqra’,
yang merupakan kunci dari
aktivitas pendidikan, Muhaimin (2011). Terhadap ayat tersebut Zia (2006) berkomentar, “Islam clearly
prizes knowledge and learning and
there is no
place in Islam for an illiterate society”.
Menurut Harun
Nasution dalam
Muhaimin (2011), secara garis besar sejarah (budaya) Islam terbagi
menjadi 3 periode, yaitu: periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan
(1250-1800 M), dan periode
modern
(1800 M-sekarang).
Secara singkat dapat dikatakan
bahwa, dalam segala aspek Islam menjadi yang terdepan pada periode klasik, terutama dalam bidang pendidikan. Banyak ilmuwan
dan pemikir- pemikir besar yang dilahirkan
Islam pada periode klasik. Hal ini
tidak terlepas dari semangat untuk mempelajari serta mengamalkan
Al-Quran dan
hadis itu
sendiri, keinginan
yang kuat untuk terus
menimba dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, serta kesinambungan antara ilmu
agama dan
ilmu- ilmu
lainnya menjadikan umat Islam
sangat unggul dalam periode klasik.
Periode pertengahan merupakan periode yang cukup kelam bagi perkembangan dunia Islam khususnya
dalam bidang
pendidikan. Dalam periode ini Islam menjadi sangat tertinggal
dari dunia barat yang
ironisnya kemajuan yang diraih
dunia barat bersumber dari apa yang telah dicapai Islam sebelumnya. Semua menjadi terbalik
bagi umat Islam,
tidak banyak ulama yang
berani untuk mengembangkan keilmuannya, umat Islam menjadi terkotak-kotak, kebergantungan
yang
kuat terhadap pemimpin negara menjadikan Islam
sedemikian
tertinggal
dan asing terhadap ilmu serta teknologi yang sejatinya
bersumber pada dunia Islam.
Angin perubahan
dan pengembalian
Islam ke zaman
keemasannya telah
banyak dikumandangkan. Telah
banyak bermunculan
kembali
ulama-ulama yang
tidak hanya berkutat pada disiplin ilmu
keagamaan tetapi juga ikut turut serta mengembangkan ilmu-ilmu lainnya.
Namun kembali, nampaknya periode. yang didefinisikan
sebagai periode modern
ini
masih banyak menimbulkan
perdebatan. Kekhawatiran
terbesar mucul dari anggapan modernisasi yang dilakukan nantinya akan membawa umat Islam
kedalam dunia westernisasi
dan sekulerisme.
Namun bagaimanapun, modernisasi mutlak diperlukan, tidak dalam artian
membawa umat Islam ke dalam gaya hidup dan
cara
pandang barat tetapi modernisasi
secara
teknis di
lapangan. Harus diakui apa yang kita hadapi saat ini
sangat berbeda dengan
dua
zaman sebelumnya, tantangan akan
semakin berat mengingat kerterbukaan yang secara nyata dihadapi
umat
Islam sekarang ini.
Akan
sangat tidak mungkin rasanya jika kita sebagai
umat Islam
masih
menggunakan
metode ataupun
teknik-teknik terdahulu.
Di
sinilah pentingnya perubahan
(modernisasi) yang
harus
dilakukan umat Islam, tentunya tidak terlepas dari
landasan Al-Qur’an dan
hadis yang merupakan landasan
bagi umat Islam di
zaman
keemasannya.
C.
PENUTUP
Karakeristik
Pendidikan Islam adalah sifat yang khas dan berbeda dari yang lain tentang
proses bimbingan jasmani, rohani yang berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam
dan memindahkan pengetahuan serta nilai-nilai Islam untuk beramal di dunia dan
memetik hasilnya di akhirat
Pada
intinya, pendidikan Islam berusaha mempelajari segala hal untuk lebih mengenal
Rob (Allah). Seluruh aspek-aspeknya didasarkan pada nilai robbaniyah dijabarkan
dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulnya. Dalam hal ini pendidikan Islam merupakan
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia
tentang segala hal yang diciptakan dan diajarkanNya sehingga bisa membimbing ke
arah pengenalan dan pengakuan Tempat Tuhan secara tepat di dalam tatanan wujud
dan keberadaanNya. Pendidikan Islam bukan sekedar pemenuhan otak saja, tetapi
lebih mengarah kepada penanaman aqidah
Karakteristik
Pendidikan Islam menggambarkan dengan jelas keunggulan Pendidikan Islam
dibanding dengan pendidikan lainnya. Karena pendidikan dalam Islam mempunyai
iokatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur seluruh
aspek kehidupan. Maka jelas bahwa Pendidikan Islam tidak menutup mata terhadap perkembangan
yang ada ditengah masyarakat, termasuk perkembangan sains dan tekhnologi, hanya
saja Pendidikan Islam tidak larut dalam perkembangan yang nyata-nyata yang
bertentangan dengan syariat-syariat Islam
Penjelasan
tentang pendidikan Islam dan Barat di atas memperlihatkan adanya kesenjangan
pola berfikir yang digunakan para ilmuwan mereka sehingga menghasilkan karakter
yang berbeda. Jika sumber dan metodologi ilmu di Barat bergantung sepenuhnya
kepada kaedah empiris, rasional dan cenderung materialistik serta mengabaikan
dan memandang rendah cara memperoleh ilmu melalui wahyu dan kitab suci, maka
metodologi dalam ilmu pengetahuan Islam bersumber dari kitab suci al-Qur’an
yang diperoleh dari wahyu, Sunnah Rasulullah saw, serta ijtihad para ulama
DAFTAR
PUSTAKA
Abuddin
Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005
Ayyub
Dakhilullah, At-Tarbiyah ‘Inda Al-Imam Al-Ghozali, Beirut: Maktabah
‘Asriyah
Azyumardi
Azra, Menuju Masyarakat Madani, Bandung: Rosda Karya, 2000
H. A. Mustafa dan Abdullah
Ally, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung: CV. Pustaka Setia,
1998
Haidar Putra Daulay, Pendidikan
Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia Jakarta: Kencana. 2004
Hasan
Langggulung, Beberapa Pemikiran Tentang
Pendidikan Islam, Bandung: al-Ma'arif, 1980.
Hasbullah, kapita Selekta
Pendidikan Indonesia, Bandung: Grafindo Persada, 1996
Hasbullah, Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo, 1999
Muhaimin. Pemikiran dan
Aktualisasi Pengembangan Pendidikan
Islam. Jakarta: Rajawali
Pers,
2011
Rina Novia, Rina.
Super Teacher Super Student.
Jakarta: Zikrul
Hakim, 2010
Suwendi, Sejarah dan
Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004
Yusuf
Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah
Hasan al-Banna, (terj. Bustani A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad), Jakarta:
Bulan Bintang, 1980
Zuhairini, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000
Fotenote
[1] Azyumardi Azra, Menuju
Masyarakat Madani, Bandung: Rosda Karya, 2000, hal. 5
[2] Abuddin Nata, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005 hal 212
[4] Muhaimin. Pemikiran dan
Aktualisasi Pengembangan Pendidikan
Islam. Jakarta: Rajawali
Pers,
2011, hal, 107
[5] Ayyub Dakhilullah, At-Tarbiyah ‘Inda Al-Imam Al-Ghozali,
Beirut : Maktabah ‘Asriyah, hal 282-283
Comments
Post a Comment