Evaluasi Pendidikan; Input, Proses dan Output dalam Sistem Pendidikan

Oleh: *Abdul Katar
Mahasiswa Pasca Sarjana (S2) IAIN STS Jambi

PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Pendidikan adalah proses dimana potensi-potensi manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya dapat disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik oleh alat (media) yang disusun sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Pendidikan merupakan hubungan antar pribadi pendidik dengan yang dididik yang terjadi dalam pergaulan. Karena dalam pergaulan terjadi kontak atau hubungan yang pada akhirnya melahirkan tanggung jawab pendidikan atas rasa tanggung jawab demi kepentingan dan keselamatan peserta didik. Oleh karena itu,
pendidikan sebagai bagian integral dalam pembangunan harus memiliki mutu pendidikan yang baik. Mutu pendidikan adalah gambaran atau karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menentukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat. Adapun dalam konteks pendidikan, bahwa mutu pendidikan itu mencakup input, proses, dan output pendidikan. Dalam proses kependidikan, manusia harus dipandang sebagai objek sekaligus sebagai subjek kependidikan.

Proses pendidikan pada lembaga perguruan tinggi sangat urgen dalam menerapkan teori dan konsep pembelajaran yang mengakut dengan pengajaran, penelitian dan pengabdian dari tiga komponen tersebut membutuhkan sumber daya yang profesional untuk menata dan memahami dengan sepenuhnya, berbeda dengan lembaga pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tingkat atas, proses pembelajarannya hanya dilakukan pada proses belajar mengajar saja, tidak sama halnya dengan pendidikan pada perguruan tinggi yang lebih menekankan pada penelitian dan pengabdian.
STAI SMQ Bangko merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam proses pembelajaran (transformasi) mengutamakan mutu kelususan (output) dari hasil pembelajaran, penelitian dan pengabdian. Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka dipandang perlu dievaluasi sebagai barometer atau alat ukur penilaian pencapaian transpormasi pendidikan yang diselnggarakan oleh STAI SMQ Bangko. Sebagai acuan untuk mengetahui sejauhmana input, proses dan output dalam evaluasi pendidikan, untuk mengtahui tercapai tidaknya tujuan lembaga, untuk mengetahui umpan balik sebagai perbaikan proses belajar mengajar dan mengetahui dasar dalam menyususn laporan kemajuan lembaga kepada masyarakat luas,  selengkapnya akan diuraikan dalam makalah ini.

PEMBAHASAN
A.     Pengertian Evalusi Pendidikan
Evaluasi adalah pembuatan pertimbangan menurut suatu perangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan. Menurut TR Marison ada tiga faktor yang penting dalam konsep evaluasi yaitu pertimbangan (judgement), deskripsi objek penilaian dan kriteria yang tertanggungjawab (defensible criteria). Aspek keputusan itu yang membedakan evaluasi sebagai suatu kegiatan dan konsep dari kegiatan dan konsep lainnya.[1]
Evaluasi pendidikan diartikan dengan proses untuk memberikan kualitas yaitu nilai dari kegiatan pendidikan yang telah dilaksanakan, yang mana proses tersebut berlangsung secara sistematis, berkelanjutan, terencana, dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur.[2]
Evaluasi program pendidikan merupakan proses mendiskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan informasi yang berguna untuk menetapkan alternatif keputusan. Dalam pendidikan luas sekolah, defenisi tentang evaluasi program pendidikan ini menunjukkan bahwa melalui evaluasi program maka pendidik, mengelola program dan/atau pimpinan lembaga penyelenggara memperoleh berbagai informasi tetang sejumlah alternatif keputusan yang berkaitan dengan program pendidikan yang dievaluasi.[3]
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation; dalam bahasa Arab; al-taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti; penilaian. Akar katanya adalah value; dalam bahasa Arab; al-qimah; dalam bahasa Indonesia berarti; nilai. Menurut Stufflebeam, mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Adapun dari segi istilah pengertian Evaluasi dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown “Evaluation refer to the act or process to determining the value of something”. Menurutnya evaluasi itu mengandung pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.[4]
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya dasar-dasar evaluasi pendidikan, yang menyatakan kita tidak dapat mengadakan penilain sebelum kita mengadakan pengukuran.
1.      Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
2.      Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk. Penilaian bersifat kuantitatif.
3.      Mengadakan Evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan menilai.[5]
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi pendidikan adalah suatu metode yang paling efektif dalam menentukan/memecahkan masalah yang berkenaan pendidikan yang akan menjadi landasan untuk perbaikan mutu pendidikan.
Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang pada saat ini menunjukkan arah yang lebih luas. Konsep-konsep tersebut pada umumnya berkisar pada pandangan sebagai berikut:[6]
1.       Penilaian tidak hanya diarahkan kepada tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi juga terhadap tujuan-tujuan yang tersembunyi, termasuk efek samping yang mungkin timbul
2.       Penilaian tidak hanya melalui pengukuran perilaku siswa, tetapi juga melakukan pengkajian terhadap komponen-komponen pendidikan, baik masukan, proses maupun keluaran
3.       Penilaian tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, tetapi juga untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting bagi siswa dan bagaimana siswa mencapainya
4.       Mengingat luansya tujuan dan objek penilaian, maka alat yang digunakan dalam penilaian sangat beraneka ragam, tidak hanya terbatas pada tes, tetapi juga alat penilian bukan tes
B.     Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pendidikan
1.       Fungsi Evaluasi Pendidikan
Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok, yaitu menguukur kemajuan, penunjang penyusunan rencanan dan memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.[7]
Evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok, diantaranya:[8]
a.       Mengukur kemajuan, dalam hal ini setidak-tidaknya ada dua macam kemungkinan hasil yang diperoleh yaitu menggembirakan dan yang tidak menggembirakan.
b.       Menunjang penyusunan rencana, dengan adanya hasil yang diperoleh dapat menunjang para evaluator untuk melakukan perencanaan ulang (re-planning) atau perencanan baru. Evaluasi secara berkesinambungan, akan membuka peluang bagi evaluator untuk membuat perkiraan (estimation).
c.       Memperbaiki atau atau melakukan penyempurnaan kembali, atas dasar hasil evaluasi yang diperoleh, evaluator perlu memperbaiki dan melakukan penyempurnaan-penyempurnaan, perbaikan-perbaikan yang menyangkut organisasi, tata kerja, dan bahkan tujuan organisasi tersebut.
2.       Tujuan Evaluasi Pendidikan
Menurut Anas Sudijono, tujuan evaluasi pendidikan terbagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.[9]
a.       Tujuan umum adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk memperoleh data pembuktian, yang akan menjadi petunjuk sampai di mana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan kurikuler serta bertujuan untuk mengukur, menilai tingkat efektifitas mengajar dan metode yang telah diterapkan oleh pendidik dalam proses pendidikan.
b.       Tujuan khusus adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk memberikan rangsangan kepada peserta didik dalam menempuh program pendidikan (memunculkan sikap untuk memperbaiki dan menigkatkan prestasi), serta bertujuan untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan atau ketidakberhasilan peserta didik dalam melaksanakan proses pendidikan.
Lebih singkatnya, Worten, Blaine R, dan James R, Sanders dalam buku Farida Yusuf Tayibnapis berjudul “Evaluasi Pendidikan dan Instrumen Evaluasi“ merumuskan tujuan evaluasi pendidikan sebagai berikut:[10]
1.    Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
2.    Menilai hasil belajar yang dicapai para pelajar.
3.    Menilai kurikulum.
4.    Memberi kepercayaan kepada sekolah.
5.    Memonitor dana yang telah diberikan.
6.    Memperbaiki materi dan program pendidikan.
C.      Input, Proses dan Output Pendidikan
1.      Input Pendidikan
Input adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam trasformasi. Dalam dunia sekolah maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa yang baru akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki suatu tingkat sekolah (institusi), calon siswa itu dinilai dahulu kemampuannya. Dengan penilaian itu ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya.[11]
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus ada dan tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu proses. Segala sesuatu yang dimaksud adalah berupa sumberdaya, perangkat-perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai alat dan pemandu bagi berlangsungnya proses.[12]
a.       Input sumber daya
1.      Input sumber daya manusia, meliputi: kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa.
2.      Input sumberdaya non manusia, meliputi: peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dan lain-lain.
b.       Input perangkat lunak yaitu yang meliputi: struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana pendidikan, program pendidikan, dan lain-lain.
c.       Input harapan-harapan yang berupa: visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah tersebut semakin tinggi tingkat kesiapan input, maka semaki tinggi pula mutu input tersebut.
Pembahasan dan pengertian input pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Segala sesuatu itu berupa sumberdaya manusia dan sumber daya non manusia sebagai berlangsunnya proses pendidikan
2.      Proses Pendidikan
Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan (tingkat sekolah) proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan tinggi dibandingkan dengan proses-proses yang lain. [13]
Proses akan dikatakan memiliki mutu yang tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dan lain-lain) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Kata memberdayakan mempunyai arti bahwa peserta didik tidak sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, namun pengetahuan yang mereka dapatkan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik yaitu mereka mampu menghayati, mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan yang terpenting peserta didik tersebut mampu belajar secara terus menerus atau mampu mengembangkan dirinya. [14]
Dalam proses pendidikan, mencakup hal-hal sebagai berikut:[15]
a.       Keefektifan proses belajar mengajar
-          Internalisasi apa yang dipelajari
-          Mampu belajar cara belajar yang baik
b.       Kepemimpinan sekolah yang kuat
-          Kepala sekolah memiliki kelebihan dan wibawa (pengaruh)
-          Kepala sekolah harus mengkoordinasi, menggerakkan, menyerasikan sumberdaya
c.       Manajemen yang efektif
-          Analisis kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, kinerja, pengembangan, hubungankerja, imbaljasaproporsional.
d.       Memiliki budaya mutu
-          Informasi kualitas untuk perbaikan, bukan untuk mengontrol
-          Kewenangan sebatas tanggungjawab
-          Hasil diikuti rewards atau punishment
-          Kolaborasi dan sinergi, bukan persaingan sebagai dasar kerjasama
-          Warga sekolah merasa aman dan nyaman bekerja
-          Suasana keadilan                             
-          Imbal jasa sepadan dengan nilai pekerjaan
e.       Memiiiki Teamwork kompak, cerdas, dinainis
-          Output pendidikan hasil kolektif, bukan hasil individual
f.        Memiliki kemandirian
-          Sekolah memiliki kewenangan melakukan yang terbaik bagi sekolahnya
-          Memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja tanpa bergantung atasan
-          Memiliki sumber daya yang cukup
g.       Partisipasi warga sekolah dan masyarakat.
-          Partisipasi rasa memiliki, rasa tanggungjawab, tingkat dedikasi
h.       Memiliki keterbukaan manajemen
-          Keterbukaan pembuatan keputusan, penggunaan uang, penyusunan program, pelaksanaan, danevaluasi program
i.         Memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik)
-          Perubahan adalah kenikmatan, kemapanan adalah musuh sekolah
-          Perubahan terkaitan dengan peningkatan lebih baik, terutama utuk anak
j.         Evaluasi dan perbaikan berkelanjutan
-          Evaluasi tidak hanya untuk mengetahui daya serap, tetapi bagairnana memperbaiki dan meningkatkan PBM di sekolah.
-          Evaluasi program sekolah secara kontinyu
-          Tiada hari tanpa perbaikan
-          Sistem mutu baku sebagai acuan perbaikan
k.       Responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan
-          Tanggap terhadap aspirasi peningkatan mutu
-          Membaca lingkungan dan menanggapi cepat dan tepat
l.         Sekolah memiliki akuntabilitas
-          Pertanggungjawaban sekolah terhadap: orang tua, masyarakat, siswa, pemerintah.
m.    Memiliki Sustainabilitas
-          Peningkatan SDM, diversifikasi sumber dana, swadana, dukungan masyarakat yang tinggi.
Pengetian mengenai proses dalam pendidikan dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pendidikan adalah tindakan yang dilakukan atau prosedur yang dilaksanakan, misalnya, mengajar, menilai, sistem pengelolaan untuk menggunakan dan mengelola input agar dapat menghasilkan output yang berkualitas.
3.      Output Pendidikan
Yang dimaksud sebagai output atau keluaran adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksud dalam pembicaraan ini adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk dapat menentukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan penilaian , sebagai alat penyaring kualitas.[16]
Output pendidikan adalah kinerja sekolah. Sedangkan kinerja sekolah itu sendiri adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses atau perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktifitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya.[17]
Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiendinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan  dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan  bahwa output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khusunya prestasi  belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam:  (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum,  UNAS, karya ilmiah, lomba akademik, dan (2) prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olah raga, kesnian, keterampilan kejujuran, dan kegiatan-kegiatan ektsrakurikuler lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.[18]
Kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukan kemampuannya dalam memuasakan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat. Efektifitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang telah dicapai. Produktifitas adalah hasil perbandingan antara output dan input. Baik output dan input adalah dalam bentuk kuantitas. Kuantitas input berupa tenaga kerja, modal, bahan, dan energi. Sedangkan kuantitas output berupa jumlah barang atau jasa yang tergantung pada jenis pekerjannya. Output sekolah dapat dikatakan berkualitas dan bermutu tinggi apabila prestasi pencapaian siswa menunjukan pencapaian yang tinggi dalam bidang:
a.       Prestasi akademik, berupa nilai ujian semester, ujian nasional, karya ilmiah, dan lomba akademik.
b.      Prestasi non akademik, berupa kualitas iman dan takwa, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan, dan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler lainnya.
Berkenaan dengan output dalam pendidikan dapat disimpulkan bahwa output pendidikan adalah hasil atau tolak ukur dari sebuah proses pendidikan yang akan menentukan baik, buruk atau berhasil atau tidak berhasil dari pelaksanaan program pendidikan itu sendiri

PENUTUP
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Segala sesuatu itu berupa sumberdaya manusia dan sumber daya non manusia sebagai berlangsunnya proses pendidikan.
Proses dalam pendidikan dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pendidikan adalah tindakan yang dilakukan atau prosedur yang dilaksanakan, misalnya, mengajar, menilai, sistem pengelolaan untuk menggunakan dan mengelola input agar dapat menghasilkan output yang berkualitas.
Output dalam pendidikan dapat disimpulkan bahwa output pendidikan adalah hasil atau tolak ukur dari sebuah proses pendidikan yang akan menentukan baik, buruk atau berhasil atau tidak berhasil dari pelaksanaan program pendidikan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006.  Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta. Cet. 6
Fatah, Nanang, 2013, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya
Ihsan, Hamdani dan Ihsan, Fuad. 2007. Filsafat Pendidikan Islam. Pustaka Setia: Bandung. Cet. 3
Purwanto, Ngalim, 2007, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Rosdakarya.
Rohiat, 2008, Manajemen Sekolah; Teori Dasar dan Praktik, Bandung, Refika Aditama
Sudiyono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. Ed. 1, Cet. 5
Sudjada, Nana, 2012, Penilai Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya
Sujana, Djudju, 2008, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya

Fotenote

[1] Nanang  Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013. hal. 107
[2] Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Rosda, 2010, cet. 2, hal. 5-6
[3] Djudju Sujana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. hal. 20
[4] Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2005. hal. 1
[5] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara,  Jakarta: 2006, cet. 6, hal. 3
[6] Nana Sudjada, Penilai Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012. cet ke-12, hal.1
[7] Anas Sudijono, Pengantar evaluasi pendidikan, Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 2003 hal. 8
[8] Daryanto, Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, hal. 14-15
[9] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo, 2011, hal. 1
[10] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Pendidikan dan Instrumen Evaluasi, 2008, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 3
[11] Suharsimi Arikonto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. 2009. Edisi Revisi. hal. 4
[12] Dikmenum, Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis sekolah: Suatu Konsepsi Otonomi Sekolah, Jakarta: Depdikbud, 1999, hal.108
[13] Dikmenum, Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis sekolah: Suatu Konsepsi Otonomi Sekolah, hal. 203
[14] Rohiat, Manajemen Sekolah; Teori Dasar dan Praktik, Bandung, Refika Aditama. 2008, hal. 58
[15] Dikmenum, Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis sekolah: Suatu Konsepsi Otonomi Sekolah, hal. 205-207
[16] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Akasras. 2013, Cet ke-2. hal.5
[17] Dikmenum, Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis sekolah: Suatu Konsepsi Otonomi Sekolah, hal. 213
[18] http://www.kompasiana.com, Paradigma Input dan Output Pendidikan, diakses tangal 10 Juni 2015

Comments

Kajian Populer

Pengertian, Ruang Lingkup dan Objek Kajian Filsafat Ilmu

Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW

Komponen-Komponen Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Konsep Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Dasar dan Sumber-Sumber Pendidikan Islam

Karakteristik Pendidikan Islam Seiring Perkembangan Waktu

Komponen dan Kriteria Memilih Sumber Belajar

Pemikiran Pendidikan Islam KH. Abdurrahman Wahid dan Nurcholis Majid