Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW
Ditulis Oleh: *Abdul Katar
Mahasiswa Pasca Sarjana (S2) IAIN STS Jambi
PENDAHULUAN
Sejarah pendidikan Islam mempunya manfaat
bagi umat Islam dalam meneladani proses pendidikan Islam semenjak masa
Rasulullah SAW, masa sahabat ulama-ulama besar dan zaman para pemuka gerakan
pembaruan pendidikan Islam. Secara akademis sejarah pendidikan Islam bermanfaat
untuk mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam
sehingga dapat untuk memecahkan problematika pendidikan Islam dimasa kini
karena kemajuan IPTEK.[1]
Mempelajari Sejarah
Pendidikan Islam amat penting, terutama bagi pelajar-pelajar agama Islam dan
pemimpin-pemimpin Islam. Dengan mempelajari Sejarah Pendidikan Islam kita dapat
mengetahui sebab kemajuan dan kemunduran Islam baik dari cara didikannya maupun
cara ajarannya. Khusunya pendidikan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Sebagai umat Islam,
hendaknya kita mengetahui sejarah tersebut guna menumbuhkembangkan wawasan
generasi mendatang di dalam pengetahuan sejarah tersebut. Sejarah Pendidikan Islam
pada masa Nabi Muhammad SAW terdapat dua periode. Yaitu periode Makkah dan
periode Madinah.
Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah
SWT, yang isinya menyeru manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat tantangan
yang besar dari berbagai kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena pada masa itu
kaum Quraisy mempunyai sesembahan lain yaitu berhala-berhala yang dibuat oleh
mereka sendiri. Karena keadaan yang demikian itulah, dakwah pertama yang
dilakukan di Makkah dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, terlebih karena
jumlah orang yang masuk Islam sangat sedikit. Keadaan ini berubah ketika jumlah
orang yang memeluk Islam semakin hari semakin banyak, Allah pun memerintah
Nabi-Nya untuk melakukan dakwah secara terang-terangan.
PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad adalah anggota BaniHasyim,
suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Nabi Muhammad lahir dari
keluarga terhormat yang relatif miskin. Nabi Muhammad lahir pada pagi hari
senin 12 hari bulan Rabi’ul Awwal tahun pertama dari tahun gajah yang masyhur
yaitu 40 tahun setelah Kisra Anu Syirwan duduk di ats singgahsana kerjaan
Parsi, bertepatan dengan bulan April 571 Milady menurut perhutungan Mahmud
Pasja ahli falas Mesir yang terkenal ketika itu.[2]
Ayahnya bernama Abdullah anak dari Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy
yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah Binti Wahab dari Bani Zuhrah.
Tahun kelahiran nabi dikenal dengan tahun gajah.
Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena
ayahnya Abdullah, meninggal dunia tiga bulan setelah ia menikahi Aminah.
Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimah Sa’diyah. Dalam
asuhanyalah Muhammad dibesarkan sampai usia empat tahun. Setelah itu kurang
lebih dua tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia enam
tahun dia menjadi yatim piatu. Seakan-akan Allah ingin melaksanakan sendiri
pendidikan Muhammad, orang yang dipersiapkan untuk membawa risalahNya
terakhir.
Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib
mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun dua tahun kemudian Abdul
Muthalibpun meninggal. Selanjutnya Nabi Muhammad dirawat oleh pamannya Abu
Thalib, seperti Abdul Muthalib, dia sangat disegani dan dihormati oleh orang
Quraisy dan penduduk Mekah secara keseluruhan, tetapi Abu Thalib ini miskin.
Dalam usia muda Muhammad hidup sebagai
pengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Mekah. Melalui kegiatan
pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berfikir dan merenung. Pemikiran
dan perenungan ini membuat dia jauh dari pemikiran nafsu duniawi, sehingga ia
terhindar dari berbagai noda yang merusak namanya, karena itulah Nabi Muhammad
diberi gelar al-amin, orang yang terpercaya.
Nabi Muhammad ikut untuk pertama kalinya
berdagang ke Syria (Syam) dalam usia 12 tahun yang dipimpin oleh Abu Thalib.
Dalam perjalanan ini, di Bushra, sebelah selatan Syria, ia bertemu dengan
pendeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada
Muhammad sesuai petunjuk-petunjuk cerita Kristen. Sebagian sumber mengatakan
bahwa pendeta itu menasihati Abu Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki
daerah Syria, sebab dikuatirkan orang-orang Yahudi melihat tanda-tanda itu dan
berbuat jahat kepada Nabi Muhammad.[3]
Pada usia yang kedua puluh lima, Muhammad berangkat ke Syria membawa barang
dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah. Khadijah
adalah janda Mekah yang berkedudukan tinggi. Pada masa sebelum Islam dia telah
memperoleh gelar Tahra artinya yang berbudi tinggi, karena kebajikan dan
keadilanya.[4]
Dalam perdangan ini Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian
melamar Muhammad. Lamaran itu diterima dan menikahlah mereka, Muhammad dalam
usia 25 dan Khadijah pada usia 40 tahun. Dalam perkembangan selanjunya,Khadijah
adlah wanita yang pertama masuk Islam. Perkawinan bahagia dan saling mencintai
dikarunia enam orang anak dua putra dan empat putri:Qasim, Abdullah, Zainab,
Ruqayah, Ummu Kalsum, dan Fatimah. Kedua putra Nabi meninggal pada waktu kecil.
Nabi muhammad tidak pernah kawin lagi sampai Khadijah Meninggal dunia ketika
Muhammad berusia 50 tahun.
Pristiwa penting yang memperlihatkan
kebijaksanaan Muhammad terjadi pada usianya 35 tahun. Waktu itu bangunan Ka’bah
rusak berat. Perbaikan Ka’bah dilakukan secara gotong royong. Para penduduk
Mekah membantu kegiatan tersebut secara sukarela. Tetapi pada saat
terkahir,ketika pekerjaan tinggal mengangkat hajar aswad di tempatnya semula
timbul perselisihan. Setiap suku merasa berhak melakukan tugas terakhir dan
terhormat itu. Perselisihan semakin memuncak, namun akhinya para pemimpin
Quraisy sepakat bahwa orang yang pertama masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa,
akan dijadikan hakim untuk memutuskan perkara ini. Ternyata orang yang pertama
masuk itu adlah Muhammad. Ia pun dipercaya menjadi hakim. Muhammad kemudian
membentangkan kain dan meletakan hajar aswad di tengah-tengah, lalu meminta
seluruh kepala suku untuk memegang tepi kain itu dan mengangkatnya
bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian tertentu, Muhammad kemudian
meletakan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian perselisihan dapat
diselesiakan dengan bijaksana dan semua kepala suku merasa puas dengan cara penyelesain
seperti itu.[5]
B.
Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di
Makkah
Nabi Muhammad SAW
menerima wahyu yang pertama di gua hira’ di Makkah
pada tahun 610 M. dalam wahyu
itu termaktub ayat Al-Qur’an dalam
surat al-Al-Alaq ayat 1-5:
Artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu
yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena.
Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.
Kemudian disusul oleh
wahyu yang kedua termaktub dalam Al-Qur’an surat Al Muddatssir
ayat 1-5:
Artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut).
Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu
bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu member
(dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah)
Tuhanmu, bersabarlah.
Dengan turunnya wahyu
itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan
kain selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk memberi peringatan
dan pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik
dan mengajarkan Islam.kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang
lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib
kerabatnya dan teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah banyak orang
memeluk Islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk
tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. di tempat itulah
pendiikan Islam pertama dalam sejarah pendidian Islam. disanalah
Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama Islam kepada
sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) alqur’an kepada para
pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama Islam
atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Bahkan disanalah
Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya.[6]
Lalu turunlah wahyu
untuk menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama Islam kepada seluruh
penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan
sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan
sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran Islam dan mendidik
sahabat-sahabatnya dengan pendidikan Islam.
Dalam masa pembinaan
pendidikan agama Islam di Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena
Al-Qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran Islam. Disamping itu Nabi
Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya.[7]
Intinya pendidikan dan
pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan
akhlak serta menganjurkan kepda manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya
memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai
anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.
Mahmud Yunus dalam
bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan Islam
pada masa Makkah meliputi:[8]
1.
Pendidikan
Keagamaan. Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan
dengan nama berhala.
2.
Pendidikan
Akliyah dan Ilmiah. Yaitu mempelajari kejadian manusiadari segumpal darah dan
kejadian alam semesta.
3.
Pendidikan
Akhlak dan Budi pekerti. Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya
agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
4.
Pendidikan
Jasmani atau Kesehatan. Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan
dan tempat kediaman.
Secara lebih sederhana, pendidikan Islam
yang dilakukan Rasulullah di Makkah yang bertujuan untuk membina pribadi muslim
agar menjadi kader yang berjiwa kuat dan dipersiapkan menjadi masyarakat Islam,
mubaligh dan pendidik yang baik. Sesuai karakteristik perkembangan pendidikan Islam,
maka tahapan pendidikan Islam periode Makkah terbagi menjadi :
1. Tahapan
sembunyi
Dengan diturunkannya wahyu pertama, Rasulullah mulai membimbing dan
mendidik umatnya. Pada awalnya beliau melakukan dengan cara diam-diam dilingkungan sendiri diantara orang- orang terdekatnya. Rumah Al-
Arqam bin Abil Arqam menjadi lembaga pendidikan Islam pertama sebagai tempat
pertemuan Rasulullah SAW dengan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya.
Disanalah Rasulullah SAW mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok Agama Islam
dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) Al-Qur’an.
2. Tahapan
terang terangan
Setelah sekitar 3 tahun kemudian turun wahyu agar Rasulullah SAW berdakwah
secara terang-terangan. Firman Allah SWT : Maka sampaikan olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan(kepadamu) dan berpalinglah dari
orang musyrik (QS. Al-Hijr : 94)
Perintah dakwah terang-terangan ini seiring dengan semakin bertambah
banyaknya jumlah sabahat Nabi SAW serta untuk meningkatkan jangkauan seruan
dakwah. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan
sahabat-sahabatnya dari kaum quraisy, namun hal itu tidak menggoyahkan semangat
untuk terus mempelajari ajaran Islam dan terus berdakwah.
3. Tahapan
seruan umum
Kemudian Rasulullah SAW merubah strategi dakwah dengan seruan umum, umat
manusia secara keseluruhan. Hal ini dilakukan pada musim-musim haji, ketika
banyak kaum diluar Makkah berdatangan untuk melaksanakan haji. Pada tahapan ini
berkat semangat yang tinggi dari para sahabat dalam mendakwahkan ajaran Islam,
maka seluruh penduduk Yatsrib masuk Islam kecuali orang-orang Yahudi.
B.
Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di
Madinah
Pendidikan di Madinah adalah sebagai pendidikan
permulaan dan pengemabangan yang dilaksanakan sedikit lebih maju dan berkembang
dibandingkan pendidikan di Makkah. Evaluasi dan pemberian ijazah sebagaimana
yang dikenal pada saat ini belum ada di Madinah saat itu. Namun kepada sahabat
yang dinyatakan sudah menguasai materi pelajaran di berikan oleh Nabi Muhammad
SAW, diberikan hak untuk mengajar di berbagai wilayah kekuasaan Islam.[9]
Berbeda dengan
periode di Makkah, pada periode Madinah Islam merupakan kekuatan politik.
Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di
Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala
agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.
Cara Nabi melakukan
pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam Islam di Madinah adalah sebagai
berikut:
1.
Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru,
menuju satu kesatuan sosial dan politik
Nabi Muhammad SAW mulai
meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern
(ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai
satu kesatuan politik). Dasar-dasar
tersebut adalah:
a)
Nabi
Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan anatr suku,
dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka.nabi mempersaudarakan
dua-dua orang, mula-mula diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin
dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum
muslimin.
b)
Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum
Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan
masing-masing seperti waktu di Makkah.
c)
Untuk
menjalin kerjasama dan saling menolong dlam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat
yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa, yang
merupakanpendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial, bnaik
secara materil maupun moral.
d)
Suatu
kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat
baru di Madinah, adalah disyari’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu,
yaitu shalat juma’t yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan
sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara
langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW dan shalat jama’ah jum’at
Rasa harga diri dan kebanggaan sosial
tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad SWA menapat wahyu dari Allah
untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram
Makkah, karena dengan demikian mereka merasa sebagai umat yang memiliki
identitas.
Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi
mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian
itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong-
menolong , bantu-membantu, terutama bila ada seranga musuh terhadap Madinah.
Mereka harus memperhatikan negri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum
Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaannya.
Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW.
2.
Pendidikan
sosial politik dan kewarganegaraan
Materi pendidikan sosial dan
kewarnegaraan Islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan di
sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama periode Madinah.
Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok
pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja,
tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan
bangsa-bangsa di seluruh dunia.
3.
Pendidikan
anak dalam Islam
a)
Dalam Islam,
anak merupakan pewaris ajaran Islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw
dan gnerasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan Islam ke
seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan
dalam Al-Qur’an berkaitan dengan itu. Diantara peringatan-peringatan tersebut antara lain:
b)
Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat
peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak)
dari kehancuran (api neraka)
c)
Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar
janagan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya
menghadapi tantangan hidup.
d)
Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT
memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah
orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga
dan anak keturunan yang menyenangkan hati.
e)
Adapun
garis-garis besar materi pendidikan anak dalam Islam yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT
dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut: [10]
1)
Pendidikan
Tauhid
2)
Pendidikan
Shalat
3)
Pendidikan adab sopan dan santun dalam
bermasyarakat
4)
Pendidikan
adab dan sopan santun dalam keluarga
5)
Pendidikan
kepribadian
6)
Pendidikan
kesehatan
7)
Pendidikan
akhlak
C.
Perbedaan ciri pokok pendidikan Islam periode
makkah dan madinah
1.
Ciri Pokok Periode Makkah
Pokok pembinaan pendidikan Islam di kotaMakkah adalah
pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam
jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan
tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Ciri Pokok Periode Madinah
Pokok pembinaan
pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan
politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu
pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran,
merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.[11] Pada periode Madinah adalah
disamping seperti periode Makkah juga terdapat perkembangan yaitu:
a)
Perinsip
pendidikan kesehatan (jasmani)
b)
Perinsip
pendidikan sosial
c)
Perinsip
pendidikan politik dan pemerintah
D.
Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa
Rasulullah SAW
Mengindentifikasikan
kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar
pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah
memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan
rasulullah menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di rumah, di masjid, di
jalan, dan di tempat-tempat lainnya.
Sistem pendidikan Islam
lebih bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak ada yang mempunyai otoritas
untuk menentukan materi-materi pendidikan Islam. Dapat
dibedakan menjadi dua periode:
1.
Makkah
a. Materi yang diajarkan hanya
berkisar pada ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93 surat dan petunjuk-petunjuknya
yang dikenal dengan sebutan sunnah dan hadits.
- Materi yang diajarkan menerangkan tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan pada keimanan, ibadah dan akhlak.
2.
Madinah
a. Upaya pendidikan yang dilakukan
Nabi pertama-tama membangun lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan
pendidikan Islam.
- Materi pendidikan Islam yang diajarkan berkisar pada bidang keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan jasmanai dan pengetahuan kemasyarakatan
- Metode yang dikembangkan oleh Nabi adalah:
1)
Dalam bidang keimanan: melalui Tanya jawab
dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rational
dan ilmiah.
2)
Materi ibadah: disampaikan dengan metode
demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah didikuti masyarakat.
3)
Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada
metode peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki
kemuliaan dan keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan.[12]
D.
Kebijakan
Rasulullah Dalam Bidang Pendidikan
Untuk melaksanakan fungsi utamanya sebagai pendidik, Rasulullah telah melakukan
serangkaian kebijakan yang amat strategis serta sesuai dengan situasi dan
kondisi.
Proses pendidikan pada zaman Rasulullah berada di Makkah belum
berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian belum di mungkinkan,
kaena pada saat itu Nabi Muhammmad belum berperan sebagai pemimipin atau kepala
Negara, bahkan beliau dan para pengikutnya berada dalam baying-bayang ancaman
pembunuhan dan kaum kafir Quraisy. Selama di Makkah pendidikan berlangsung dari
rumah ke rumah secara sembunyi-sembunyi. Diantaranya yang terkenal adalah rumah
Al-Arqam. Langkah yang bijaka dilakukan Nabi Muhammad SAW pada tahap awal Islam
ini adalah melarang para pengikutnya untuk menampakkan keIslamannya dalam
berbagai hak.tidak menemui mereka kecuali dengan cra sembunyi-sembunyi dalam
mendidik mereka.
Setelah masyarakat Islam terbentuk di Madinah barulah, barulah
pendidikan Islam dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka secara umum.dan
kebijakan yang telah dilakukan Nabi Muhammmad ketika di Madinah adalah:
1.
Membangun
masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat
kegiatan pendidikan dan dakwah.
2.
Mempersatukan berbagai potensi yang semula
saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam
dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah. Dengan adanya piagam
tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan damai.[13]
E. Metode
Pendidikan Masa Rasulullah SAW
Metode pendidikan yang Rasulullah SAW kembangkan dalam menyampaikan materi adalah
sebagai berikut :
1. Metode
ceramah, menyampaikan wahyu yang baru diterimanya dan memberikan penjelasan-
penjelasan dan keterangan.
2. Metode
dialog, metode ini dipergunakan ketika berkomunikasi dengan para sahabat dalam
menyelesaikan permasalahan yang terkait dakwah ajaran Islam
3. Diskusi
atau tanya jawab
4. Metode
perumpamaan
5. Metode
kisah
6. Metode
pembiasaan
7. Metode
hafalan, para sahabat menghafal untuk menjaga Al-Qur’an
Aplikasi penggunaan metode diatas dalam
menyampaikan materi pendidikan adalah:
1. Materi
keimanan: Melalui tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan didukung
oleh bukti-bukti rasional dan ilmiah
2. Materi
ibadah: disampaikan dengan metode demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah
diikuti masyarakat
3. Materi
akhlak: Rasulullah menitikberatkan pada metode peneladanan. Beliau tampil dalam
kehidupan sebagai seseorang yang memiliki kemuliaan dan keagungan baik dalam
ucapan maupun perbuatan.
Ruang lingkup pendidikan Agama Islam
meliputi keserasian dan keseimbangan antara lain:[14]
a. Hubungan
manusia dengan Allah SWT
b. Hubungan
manusia dengan sesama manusia
c. Hubungan
manusia dengan dirinya sendiri
d. Hubungan
manusia dengan makhluk lainnya dan lingkungannya.
Untuk melaksanakan fungsinya sebagai
pendidik Rasulullah SAW telah melakukan serangkaian kebijaksanaan yang sangat
strategis. Proses transformasi ilmu pengetahuan, internalisasi nilai-nilai
spiritualisme dan bimbingan emosional yang dilakukan Rasulullah SAW merupakan
mukjizat luar biasa, yang tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa.
PENUTUP/KESIMPULAN
Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Makkah adalah pendidikan
tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa
setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin
dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial
dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu
pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran,
merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
Mengindentifikasikan
kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah tidak mudah sebab Rasul mengajar
pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding kelas. Beliau
menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan
di tempat-tempat lainnya
Metode pendidikan yang Rasulullah terapkan dan
kembangkan di dalam menyampaikan materi adalah metode ceramah dialog,
perumpamaan, diskusi, perumpamaan, kisah dan hafalan.
Rasulullah SAW telah melakukan serangkaian kebijaksanaan
yang sangat strategis dalam melaksanakan fungsinya sebagai pendidik. Proses
transformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai spiritualisme yang
dilakukan beliau merupakan mukjizat yang luar biasa.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin
Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Media Kencana Group, 2011
Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan
dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Angkasa, 2005
Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jakarta: Bulan
Bintang, 1975
Hasan Langgulung, Asas-Asas
Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna, 1988
Mahmud Yunus, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Hidakarya
Agung, 1992
Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya (Terj.
Adang Afandi), Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Litera
Antarnusa, 1993
Ramayulis, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2012
Samsul Nizar, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008
Zuhairini, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Fotenote
[3] Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Litera Antarnusa, Cet. 16, 1993,
hal 56
[4] Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya (Terj. Adang Afandi), Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2005, hal, 90
[6] Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung:
Angkasa, 2005, hal, 57
[9] Abuddin Nata, Sejarah
Pendidikan Islam , Jakarta: Media Kencana Group, 2011, hal, 89-101
[11] Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan
dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, hal, 135-136
makasih gan blognya bagus jadi nambah wawasan pengetahuan saya,hehe sukses selalu. salam kenal saya Siti Hatijah dari ISB Atma Luhur
ReplyDelete